Pengertian Dan Jenis Variasi Bahasa Menurut Ahli

Pengertian Variasi Bahasa 
Pemakaian bahasa selalu berhubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu, bahasa selalu dipengaruhi masyarakat pemakainya. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh situasi dalam konteks sosialnya. Hal ini menyebabkan timbulnya keanekaragaman bentuk bahasa dalam masyarakat. Soepomo Poedjosoedarmo (dalam Suwito, 1983: 23) menyebutkan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya.

Menurut Mansoer Pateda (1990: 52), variasi bahasa dilihat dari segi tempat, segi waktu, segi pemakai, segi pemakainya, segi situasi, dan dari status sosialnya. Dalam variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi.

Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995:79), menyatakan bahwa variasi bahasa ditentukan oleh faktor waktu, tempat, sosiokultural, situasi dan medium pengungkapan. Faktor waktu menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa. Faktor daerah membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan di tempat lain. Faktor sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan di tempat lain. Faktor sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai suatu kelompok sosial. Faktor situasional timbul karena pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan.

Terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang heterogen, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 80). Menurut Nababan (1993: 13), penyebab timbulnya variasi bahasa ada empat faktor, yaitu : daerah yang berlainan, kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa yang berlainan, dan tahun atau zaman yang berlainan.

Pada kenyataanya bahasa adalah sesuatu yang kaya raya dengan keanekaragaman aktualisasinya. Perwujudan bahasa itu bagitu sangat luasnya sehingga variasi-variasi itu seakan tanpa batas (Alwasilah dalam Muh. Asrori, 2001: 95) 

Bahasa dengan variasi tutur kata, umumnya hanya dikuasai oleh kelompok dengan latar belakang tertentu yang sejenis saja, meskipun orang luar biasa mendalaminya dengan belajar. Akan tetapi dapat dipahami bahwa variasi bahasa terdapat persamaan dalam perkembangan, yaitu cara bertutur menurut tujuan dan kepentingannya masing-masing. Persamaan dan keunikan-keunikan seperti itu sebenarnya banyak dijumpai, jika penutur mendalami ruh masing-masing bahasa, dan tentu sangat menarik sebagai sebuah ide untuk memecahkan kebekuan komunikasi antarbudaya (http: www.io.Ppi-jepang org?id:44).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah wujud pemakaian bahasa yang berbeda oleh penutur karena faktor-faktor tertentu dan terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh para penutur yang hetrogen tetapi karena kegiatan interaksi sosial. 

Masyarakat dalam berinteraksi selalu menggunakan bahasa sehingga bahasa tidak terlepas dari pengaruh pemakainya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh situasi dalam konteks sosialnya. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman bentuk bahasa (variasi bahasa ) dalam masyarakat. Variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya (Markamah 2001: 220).

Spolsky (1998: 6) memberi definisi variasi sebagai istilah yang digunakan untuk menunjukkan identitas bermacam-macam bahasa (”Variety is a term used to denote any identifiable kind of language”). Hudson (1996:22) juga berpendapat tentang variasi, menurutnya variety of language as a set of linguistics items with similar social distribution (variasi bahasa sebagai kumpulan dari butir-butir linguistik yang distribusi sosialnya sama).

Nababan (1993:13) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah perbedaan-perbedaan bahasa yang timbul karena aspek dasar bahasa, yaitu bentuk dan maknanya yang menunjukkan perbedaan kecil atau besar antara penggungkapan yang satu dengan yang lain. Greenbaum (dalam Muh. Asrori, 2001:96) mengatakan bahwa variasi bahasa dapat dikaitkan dengan daerah, kelas sosial, kelompok etnis, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, dan situasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa timbul karena faktor linguistik dan nonlinguistik, pemakai bahasa yang tidak homogen, dan pemakaian bahasa dalam kepentingan berkomunikasi. Oleh karena itu register yang digunakan Aktivis PMI Cabang Kota Surakarta merupakan salah satu variasi bahasa. 

Jenis Variasi Bahasa
Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 82) menyatakan bahwa Jenis variasi bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: (1) Segi penutur, (2) Segi pemakaian, (3) Segi keformalan, dan (4) Segi Sarana. Dilihat dari segi penutur, variasi bahasa meliputi idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Sosiolek ini terdiri dari akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, dan ken. Menurut Martin Joos ( dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 92) membagi variasi bahasa menjadi lima macam, yaitu ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. 

Maryono Dwi Raharjo (1996: 59-60), menyatakan bahwa variasi bahasa mempunyai tipe idiolek, dialek, ragam bahasa, register, dan tingkat tutur (speech levels). Tipe variasi bahasa dapat dijelaskan berikut ini, Pertama, idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat individual, maksudnya sifat khas tuturan seseorang berbeda dangan tuturan orang lain. Kedua, dialek merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan asal penutur dan perbedaan kelas sosial penutur. Oleh karena itu, muncul konsep dialek geografis dan dialek sosial (sosialek). Ketiga, ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya perbedaan dari sudut panutur, tempat, pokok tuturan, dan situasi. Dalam kaitannya dengan itu dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal) dan ragam bahasa tidak resmi (santai, akrab). Keempat, register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat khas keperluan pemakainya, misalnya dalam bahasa tulis dikenal adanya bahasa iklan, bahasa tajuk, bahasa artikel, dan sebagainya; dalam bahasa lisan dikenal bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, dan sebagainya. Kelima, tingkat tutur merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya (hubungannya) dengan mitra tuturnya. 

Mengenai variasi bahasa, Soepomo Poedjosoedharmo (1983: 175-176) juga mengungkapkan tiga kelas varian bahasa. Varian-varian tersebut mencakup : (1) Dialek yang berupa idiolek dan dialek (geografi, sosial, usia, jenis, aliran, suku, dan lain-lain); (2) Undha-usuk (hormat, non hormat), dan (3) Ragam (santai, resmi, dan indah). 

Hartman dan Strok (dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 1995:82) membedakan variasi berdasarkan kriteria: (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Menurut Mc David (dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 1995: 81-82) membagi variasi bahasa berdasarkan (a) diemensi regional, (b) dimensi sosial, dan (c) dimensi temporal 

Faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional dalam pemakaian bahasa menimbulkan variasi bahasa. Variasi bahasa adalah ragam bahasa yang masing-masing mempunyai bentuknya sendiri, tetapi secara keseluruhan mirip atau pola dasar bahasa mula atau bahasa induknya (Sibarani, 1992:58). Faktor sosial dan faktor situasional memungkinkan penuturnya menggunakan variasi bahasa karena yang baik atau yang komunikatif haruslah sesuai dengan sosiosituasionalnya.

Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 82) menambahkan bahwa variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, di mana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunaannya berarti bahasa itu diguanakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

Variasi bahasa yang berkenaan dengan daerah atau letak geografis disebut dialek. Variasi bahasa berkenaan dengan kelompok atau keadaan sosial pemakainya disebut sosiolek. Variasi bahasa yang ditentukan oleh fungsi penggunaan dan profesi penggunanya disebut fungsiolek atau profesiolek, atau register (Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 1995:84).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis variasi bahasa berkenaan dengan penutur dan penggunaanya secara kongkret. Jenis variasi bahasa berurusan dengan suatu bahasa, baik yang memiliki repertoir suatu masyarakat tutur maupun yang dimiliki oleh sejumlah masyarakat tutur. 

1. Register
a. Pengertian Register
Register merupakan salah satu jenis dari beberapa macam jenis variasi bahasa dilihat berdasarkan kebutuhan pemakaian bahasa. Menurut Suwito (1983: 30), register adalah bentuk variasi bahasa yang disebabkan oleh sifat khas kebutuhan pemakaian bahasa. Contohnya ialah berbagai jenis tulisan yang dapat ditemukan di dalam surat kabar. Ada berita dengan bermacam bentuk judulnya, ulasan suatu majalah atau artikel tentang salah satu cabang ilmu, tajuk rencana yang merupakan tanggapan atau ulasan redaksi terhadap situasi kritik dan redaksi terhadap sesuatu yang dianggap kurang baik, iklan tempat dunia usaha yang menawarkan produknya dan sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut menggunakan pengungkapan bahasa yang berbeda-beda dengan sifat-sifat khas kebutuhan pemakaian bahasa. Mansoer Pateda (1990: 64) mengemukakan register sebagai pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Selanjutnya, Halliday dan Hasan (1994: 56) mengemukakan register adalah bahasa berdasarkan pemakainya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses yang merupakan macam-macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang. 

Sebagai salah satu macam variasi bahasa register amat dibutuhkan karena orang yang sama mungkin menggunakan butir-butir linguistik yang berbeda untuk mengapresiasikan lebih kurang arti yang sama pada peristiwa yang berbeda. Latar belakang analisis register adalah kesukaran seorang penutur dalam berkomunikasi bila penutur berbicara secara berbeda tergantung dari lawan bicaranya apakah lebih tua atau lebih tinggi atau lebih rendah statusnya, apakah penutur berbicara dalam situasi formal atau santai, apakah penutur terlibat dalam upacara keagamaan, kegiatan olahraga, atau suasana pengadilan.

Register menyatakan hal yang berbeda, yaitu cenderung berbeda dalam hal semantik, artinya bahasa dan kosa katanya berbeda karena terdapat unsur yang mengukapkan makna tetapi itu akibat dari perbedaan potensi semantik. Oleh sebab itu, register memerlukan kualitas suara yang berbeda.

Ferguson (dalam Dwi Purnanto, 2001b: 3) menyatakan “A communication situation that recurs regulary in a society (in term of participants, setting, communicative functions, and so forth) will tend overtime to develop identifying markers of language structure and language use, different from the language of other communication situations.” (Situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif, dan seterusnya. Sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur bahasa dan pemakaian bahasa, yang berbeda dari pemakaian bahasa pada situasi-situasi komunikasi yang lainnya). 

Ferguson (dalam Dwi Purnanto, 2001a: 18) menyatakan bahwa orang yang terlibat dalam situasi komunikasi secara langsug cenderung mengembangkan kosa kata, ciri-ciri intonasi yang sama dan potongan-potongan ciri kalimat dan fonologi yang mereka gunakan dalam situasi itu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa ciri-ciri register yang demikian itu akan memudahkan komunikasi yang cepat, sementara ciri lain dapat membina perasaan yang erat. 

Sementara itu menurut Riyadi Santoso (dalam Dwi Indah Royani, 2004:27), secara sederhana register dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya “usenya”. Dalam pengertian ini register tidak terbatas pada variasi pilihan kata saja (seperti pengertian register dalam teori tradisional), tetapi juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks dan teksturnya: kohesi dan leksikogramatikal serta pilihan fonologi atau grafologinya.

Holmes (dalam Dwi Purnanto, 2001a: 15) menyatakan bahwa register dipahami dengan konsep yang lebih umum karena disejajarkan dengan konsep ragam (style), yakni menunjuk pada variasi bahasa yang mencerminkan perubahan berdasarkan faktor-faktor situasi seperti O2, tempat/waktu, dan topik pembicaraan. Lebih lanjut secara lebih sempit, yakni hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerjaan yang berbeda.

Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 90) menjelaskan bahwa variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakainya, dalam arti setiap bahasa yang akan digunakan untuk keperluan teretentu disebut dengan fungsiolek, ragam, atau register.

Register sebagai pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok social tertentu. Misalnya pemakaian bahasa para pilot, manajer bank, para penjual, para penggemar musik jazz, perantara (pialang), dan sebagainya (Wardaugh dalam Dwi Purnanto, 2001a: 16)

b. Jenis-jenis Register
Register terdiri dari beberapa macam dipandang dari berbagai sudut pandang. Mansoer Pateda (1990: 65) membagi register menjadi lima, yaitu : (1) Oratorial atau frozen, yang digunakan oleh pembicara yang profesional sehingga seseorang tertarik dengan pembicarannya; (2) Deliberative atau formal yang ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja; (3) Consultative, terdapat dalam transaksi perdagangan di tempat terjadinya dialog karena seseorang membutuhkan persetujuan; (4) Casual, untuk menghilangkan rintangan-rintangan antara dua orang yang berkomunikasi; (5) Intime, digunakan dalam suasana kekeluargaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Halliday yang menjelaskan variasi dalam berbagai macam register. Dalam hal ini Halliday dan Hasan (1994: 53-54) membagi register menjadi dua macam, yaitu register selingkung terbatas, misalnya pemakaian bahasa dalam telegram dan register yang lebih luas terbuka, misalnya register dalam buku petunjuk teknis.

Alwasilah (1993: 54) mengklasifikasikan register menjadi tiga, yaitu : (1) Fields of discourse (pokok pembicaraan), yaitu berhubungan dengan purpose and subject (tujuan dan pokok pembicaraan), misalnya istilah mengail, judi, dan sebagainya; (2) Modes of discourse (modus pembicaraan), yaitu berhubungan dengan means or how (alat pembicaraan) misalnya bahan catatan, surat tertulis, dan sebagainya; (3) Manners of cours (tingkah pembicaraan), yaitu relation or who (hubungan pihak yang berperan serta) misalnya formal, biasa, intim, dan sebagainya.

Menurut Halliday (dalam Dwi Purnanto, 2001b: 3) menyatakan bahwa register dipahami sebagai konsep semantik, yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan situasi tertentu. Menurutnya konsep situasi ini dibagi menjadi tiga hal, yaitu :

(1) medan( field), mengacu pada hal yang sedang terjadi atau pada saat tindakan social berlangsugn; apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat; (2) pelibat (tenor), menunjuk pada orang-orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan, dan peranan mereka; dan (3) sarana ( mode), menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi tertentu, seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik, dan sebagainya. 

Secara popular register dibagi menjadi dua, yaitu register yang timbul karena kesibukan bersama yang tidak berkaitan dengan profesi dan register yang timbul karena orang-orang menjadi bagian dari profesi sosial bersama (Depdikbud, 1995:166).

DAFTAR PUSTAKA
  • Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  • Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
  • Depdikbud. 1995. Teori dan Metode Sosiolinguistik II. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
  • Dwi, Purnanto. 2001a. “Register Pialang Kendaraan Bermotor” dalam tesis. Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
  • . 2001b. “Karakteristik Pemakaian Bahasa Pialang Kendaraan Bermotor di Surakarta” dalam Jurnal Linguistik Bahasa. Volume I, Nomor 2. Program Studi Linguistik (S2) Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
  • Dwi Indah Royani. 2004. Skripsi: Register Bahasa Lisan yang Digunakan Dokter di Rumah Sakit Islam Klaten : FKIP UNS, Surakarta.
  • Halliday, MAK dan Hasan, Ruqaiya. 1994. Bahasa Konteks dan Teks : Aspek bahasa dalam pandangan semantik sosial (Terjemahan. Asrudin Barori TOU). Yogyakarta : UGM Press.
  • Harimukti Kridalaksana.1984. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia.
  • Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Http: www.io.ppi.-Jepang . Org/article.Php?id=44. diakses 11 November 2005.
  • Kunjana, R. Rahardi. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
  • Mansoer Pateda. 1990. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
  • _____________. 1992. Sosiolingustik. Bandung : Angkasa.
  • Markamah. 2001. “Penelitian Sosiolinguistik: Aspek Nonkebahasaan dan Bidang yang Dikaji“ dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Volume XIII, Nomor 25, PBS FKIP UMS, Surakarta.
  • Maryono, Dwiraharjo. 1996. Fungsi dan bentuk Wacana dalam Masyarakat Tutur Jawa : Studi Kasus di Kotamadya Surakarta (desertasi), UGM, Yogyakarta.
  • Miles, Mattew B dan Huberman, A. Michael (Terjemahan dari Tjetjep Rohendi Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
  • Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Muh. Asrori. 2001. “Variasi Bahasa: Sebuah Kajian atas Pemakaian Sosiolek Bahasa Jawa“ dalam Jurnal Linguistik Bahasa. Volume 1 Nomor 2, Program Studi Linguistik (S2) Pasca Sarjana UNS, Surakarta.
  • Nababan. 1989. “Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa“ dalam PELLBA 2. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
  • _______.1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Ohoiwutan, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blant.
  • Sibarani, Robert. 1992. Hakikat Bahasa. Bandung: PT. Aditya Bhakti.
  • Soepomo Poedjosoedharmo. 1983. Pengantar Sosiolinguisiik. Yogyakarta.: Universitas Gajah Mada.
  • Spolsky, Bernand. 1998. Sociolinguistics. Oxford: Oxford University Press.
  • Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar Teori dan terapannya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press.
  • Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema.
  • Surakarta UNS Press.
  • ______. 1996. Sosiolinguistik. Surakarta: UNS Press.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Ahli

Pengertian Media Video Pembelajaran Menurut Para Ahli