Pengertian Dan Tujuan Belajar Menurut Beberapa Ahli

Tinjauan Tentang Belajar 
1. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenal apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi :

Witherington dalam buku Educational Psycology mengemukakan, bahwa :
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian”. (dalam Ngalim Purwanto, 1990:84)

Menurut Wasty Soemanto (1990:99)
Belajar adalah proses sedemikian hingga tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek, latihan atau pengalaman”.

Dari definisi di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan tentang belajar, yaitu :
  • Belajar merpakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Dalam arti perubahan- perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan tidak dianggap sebagai hasil belajar , seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
  • Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan kualitas individu, sehingga tingkah launya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sejedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan rangsangan dalam rangka membimbing siswa untuk melakukan kegiatan belajar. 

Proses belajar berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses sedemikian hingga tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dan pertumbuhan dalam perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu merupakan hasil belajar.

Menurut pengertian secara psikologis merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, dalam memenuhi kebutuhan individu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam belajar banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Wasty Soemarno (1989) dapat digolongkan menjadi 3 faktor :

1. Faktor-faktor stimuli belajar
Yang dimaksud stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli belajar :

Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan banyak bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh siswa untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan siswa ini tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar , melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelemahan atau faktor kejenuhan siswa dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.

Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit bahan pelajaran makin lambat orang mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mempengaruhi intensitas belajar seseorang.

Beratnya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasan bahasa, pengetahuan dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman itu menentukan keberartian bahan yang dipelajari pada waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memunkinkan siswa untuk belajar, karena siswa dapat mengenalnya. Bhan yang tanpa arti sukar dikenali akbat tidak ada perhatian siswa terhadap bahan itu.

Berat ringannya tugas
Mengenalinya berat ringannya tugas, hal ini erat kaitannya dengan tingkat kemampuan siswa. Tugas yang sama kesukarannya berbeda bagi masing-masing siswa. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula, berat ringannya tugas berhubung dengan usia siswa. Ini berarti bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi siswa yang bersangkutan. Dapat dibuktikan bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah akan mengurani tantangan belajar, sedangkan tugas –tugas yang terlalu berat atau sukar membuat jera bagi siswa untuk belajar.

Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain : cuaca, waktu, kondisi, tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan interaksi siswa dalam aktivitas belajarnya,sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya.

2. Faktor-faktor metode belajar
Faktor metode belajar menyangkut hal-hal sebagai berikut :

Kegiatan berlatih dan praktek 
Berlatih dapat diberikan secara maraton (non stop) atau secara distribusi (dengan selingan waktu istirahat). Latihan yang diberikan secara maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang didistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar jam pelajaran yang terlalu panjang kurang efektif, semakin pendek distribusi waktu untuk latihan semakin efektif latihan itu. Latihan memerlukan waktu istirahat yang sedang, lamanya terantung tugas atau keterampilan yang dipelajari atau lamanya waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.

Resitasi selama belajar 
Kombinasi lamanya dengan resitasi (transfer belajar) sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca maupun untuk menghafalkan tanpa melihat bacaannya. Jka setelah menguasai suatu bagian dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya. Resitasi sangat cocok diterapkan pada belajar membaca atau menghafal.

Pengenalan tentang hasil belajar
Dalam proses belajar, sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Hasil penelitian para ahli psikologi menunjukkan bahwa pengenalan seorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui yang telah dicapai seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak yang diberikan oleh seorang guru atau orang lain cenderung membuat siswa tergantung. Bimbingan menjadi dapat diberikan dalam batas yang diperlukan siswa. Hal yang paling penting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada individu. Sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

3. Faktor-faktor Individual
Kecuali faktor stimulasi dan metode belajar, faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa.

Adapun faktor itu menyangkut hal-hal sebagai berikut :

Kematangan
Kematangan dicapai individu dari proses pertumbuhan psikologisnya. Kematangan terjadi akibat perubahan kuatitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan kuantitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan memberi kondisi pada fungsi psikologis termasuk sistem saraf dan otak menjadi berkembang.

Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diminati seseorang. Diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang (slameto, 1988:57). Minat besar pengaruhnya terhadap prstasi belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa-siswi tersebut akan malas dalam belajanya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar atau dapatlah diusahakan agar ia lebih mempunyai minat yang lebih besar dengan menjelaskan hal-hal menarik.

Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar karana kemampuan itu baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajara dan berlatih (slameto, 1988:59). Bakat itu juga mempengaruhi prestasi belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, hasil, pelajaran akan lebih baik karena ia akan senang terhadap bahan pelajaran tersebut, selanjutnya mereka akan lebih giat lagi, oleh karena itu penting sekaliuntuk mengetahui bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

Kesiapan
Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga berhubungan dengan kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan. Dengan sudah siapnya untuk menerima pelajaran, hasil pelajaran akan lebih baik, lain halnya apabila belum siap menerima pelajaran. Prestasi yang dihasilkan akan lebih rendah. Dengan demikian faktor kesiapan juga berpengaruh pada prestasi siswa.

Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia anak emakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama, lebih memmiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik dan tingkat kemampuan belajar siswa

Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skill, sikap, minat, temperamen, bakat dan pola-pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Misalnya dalam prestasi akademik dapat kita lihat banyak anak perempuan yang menunjukkan prestasi yang lebih baik tidak kalah dengan prestasi anak laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berarti antara anak laki-laki dan perempuan dalam hal intelegensi.

Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar yang bersangkutan, terutama dalam hal transfer belajarnya.

Kondisi Kesehatan Jasmani
SSiswa yang belajar membutuhkan kondisi yang sehat. Siswa yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu belajar.

Kondisi Kesehatan Rohani
Gangguan terhadap cacat-cacat mental pada seseorang sangat mengganggu belajar orang yang bersangkutan.

Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasakan penting bagi siswa.

TINJAUAN PRESTASI BELAJAR
Untuk mengetahui hasil prestasi belajar belajar siswa, penulis memberikan pengertian tentang belajar. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Oleh W.J.S Poerwodarminto disebut bahwa :

“ Prestasi adalah Kemampuan siswa yang semaksimal mungkin dari hasil yang dicapai” (W.J.S Poerwodaminto, 1982:108)

Menurut Suhartono :
“ Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan sesuatu ada saat tertentu pula.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai yang mewujudkan hasil belajar yang menunjukkan kemampuan dalam mengerjakan pada saat tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.Jadi dari pengertian prestasi belajar tersebut di atas dan peristiwa mengajar yang mengarah pada tujuan, maka untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar akan berhasil atau sudah mencapai tujuan, yang diperlukan adalah nilai. Penilaian itu diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan kita terhadap siswa, hasil inilah yang kita sebut prestasi belajar siswa.

TINJAUAN UMUM PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995)

Menurut Thomson, et al (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsure-unsur interaksi sosial pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud heterogen adalahterdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku (Thomson,1995). Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya. Seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok denganbaik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di lembar kerja siswa (LKS). Apabila seseorang siswa memiliki pertanyaan, teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan jawaban kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa memverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong muncunya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif (Thomson et al.1995). Pada saatnya,kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup untuk menyeless menunjuan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997:113). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu

DAFTAR PUSTAKA
  • Amen,M.1987. Pendidikan Science. Yogyakarta: FKIE IKIP
  • Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: 
  • McGraw-Hill Companies
  • Arikunto, Suharsini. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara.
  • Borich, G.D. 1984. Observation Skills for Effective Teaching. New York: 
  • Mcmilan Publishing Company.
  • Carin, A.A. 1993. Teaching Modem Science. New York: Mcmilan
  • Publishing Company.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Dan Jenis Variasi Bahasa Menurut Ahli

Pengertian Dan Macam-Macam Struktur Organisasi Menurut Ahli

Pengertian Dan Tujuan Sosiolinguistik Menurut Ahli