Pengertian Dan Tujuan Manajemen Pendidikan Menurut Ahli

Pengertian Manjemen Dari Tiga Orang Ahli 
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wahjosumidjo. 2008). Pendapat yang lainnya menjelaskan bahwa pengertian manajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (Stoner dan Freeman. 2000). Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi dalam rangka upaya mencapai suatu koordinasi sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam hal pencapaian sasasaran secara efektif serta efisien (Winardi. 1990), Demikian juga Terry (1982) memberikan pengertian manajemen sebagai pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Sedangkan Seckler yang dikutif oleh Suryosubroto (2004) menjelaskan bahwa dalam proses manajemen tersebut melalui beberapa kegiatan atau langkah pokok, yaitu sebagai berikut: (1) proses perumusan dan perumusan kembali pokok kebijakan umum, (2) proses pemberian, pembagian dan penggunaan wewenang, (3) proses perencanaan, (4) proses pengorganisasian (5) proses penganggaran, (6) proses kepegawaian, (7) proses pelaksanaan, (8) proses pelaporan, dan ke (9) proses pengarahan, pembimbingan, dan pengendalian. Demikian juga Zainun (1987) dengan merujuk pada tugas-tugas manajemen yang dilakukan oleh Kantor Anggaran di Amerika Serikat menyebutkan bahwa langkah dalam proses manajemen tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, policy planning, adalah menggariskan apa-apa yang menjadi tujuan yang meliputi tugas-tugas: (1) menentukan tujuan dalam garis besarnya sesuai dengan hasil yang diinginkan, (2) menentukan prioritas pencapaian diantara tujuan-tujuan yang dirumuskan, (3) menentukan cara-cara umum untuk merealisasikan tujuan tersebut, (4) mengadakan batasan-batasan tentang waktu, biaya, serta mutu hasil yang hendak diproduksi. 

Kedua, program planning, adalah menyusun rencana kerja untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan yang meliputi tugas-tugas: (1) menggariskan usaha kongkrit, (2) melaksanakan prioritas di antara usaha, (3) menegaskan usaha-usaha dalam bentuk rencana kerja dengan lebih terperinci dengan memperkirakan kegiatan, tempat, orang yang dilayani, kesatuan organisasi, waktu, uang, keahlian, menyusun jadwal waktu, memperkirakan hal-hal yang akan mempengaruhi. 

Ketiga, organization planning jaitu merencanakan kegiatan dan membentuk suatu kerangka organisasi dengan kegiatan yang mencakup (1) meneliti dan membandingkan proses kerja yang ada, (2) menyusun suatu kerangka organisasi yang akan memperhatikan masing-masing proses dan kegiatan-kegiatan tersebut, (3) mengada-kan satuan-satuan pembantu untuk masing-masing tingkat organisasi. 

Keempat, merenca-nakan dan menyusun prosedur dan metode kerja yang lebih khusus untuk masing-masing bagian, kegiatan bantuan, dan kegiatan tambahan. 

Kelima, menyediakan dana serta mengurus keuangan , memperhitungan, memperkirakan pemasukan dan pengeluaran yang diperlukan, serta pembagian anggaran kepada yang membutuhkan. 

Keenam, melaksanakan tugas-tugas kepegawaian yang mencakup penetapan jenis dan jumlah jabatan yang perlu diisi, jabatan-jabatan yang lebih mendesak diperlukan, menempatkan orang-orang yang sesuai dengan jabatan, serta mengusahakan pengembangan pegawai yang berhubungan dengan jabatan, pekerjaan, dan lingkungannya. 

Ketujuh, mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjalankan pengontrolan yang diperlukan dalam menilai kinerja, melihat kemajuan, dan mengetahui kekayaan. Dengan demikian dalam langkah ini perlu juga didukung sistem penilaian kerja, menetapkan ukuran-ukuran kerja baik mengnai biaya, mutu, dan hasil, mengolah catatan-catatan dan pelaporan-pelaporan, sistem pemeriksaan kerja, informasi tentang akibat usaha organisasi terhadap masyarakat, dan mengumpulkan informsi yang diperlukan untuk menyempurnakan rencana selanjutnya. 

Kedelapan, menganalsis informasi tentang pelaksanaan kerja yang diperoleh melalui laporan atau hasil-hasil penijauan untuk mengetahui: penyimpangan-penyimpangan, kesalahan-kesalahan dari ukuran-ukuran, tingkat kemajuan, jadwal kerja. Menganalisis informasi tersebut harus dilakukan secara obyektif dengan cara meneliti pengaruhnya terhadap masyarakat, pandangan-pandangan orang lain, menilai tujuan dan cara pencapaiannya sudah tepat dan benar. 

Kesembilan, mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap program operasi dan program obyektif dengan merevisi dan memperbaiki organisasi, prosedur, dan metode kerja, mencukupi faslitas, dan mengadakan pergeseran dalam program obyektif dan usaha untuk menyesuaikan dengan keadaan. 

Kesepuluh, menggerakkan organisasi dengan jalan: mengetahui reaksi pegawai terhadap kebijaksanaan manajemen dan tujuan organisasi, menganlisis kekuatan-kekuatan dan keadaan-keadaan luar yang mempengaruhi sikap pegawai, mengkoordinasikan kebijaksanaan organisasi, menyampaikan perubahan tujuan organisasi kepada anggota organisasi, mengadakan berbagai perangsang sosial, ekonomi dan lain-lain, mengadakan sitem komunikasi yang baik, meningkatkan daya kerja dan kerja sama di antara pegawai, memberitahukan berbagai kemajuan terhadap anggota organisasi. 

Kesebelas, mencukupkan fasilitas dan alat perlengkapan yang lainnya dengan membangun, memelihara serta menggunakan bangunan-bangunan yang baik, menyediakan dan memelihara alat-alat perlengkapan lainnya. 

Keduabelas, memelihara hubungan-hubungan ke luar antara lain dengan badan perwakilan rakyat, penjabat-penjabat administratif, yang lebih tinggi, dinas-dinas yang mempunyai hubungan, dan masyarakat umum. 

Ketigabelas mengeluarkan perintah-perintah harian untuk melaksanakan keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta mengadakan pengawasan dan pengumuman dan selebaran yang lainnya.

Bedasarkan pada uraian tentang berbagai kegiatan atau tugas manajemen tersebut di atas secara umum manajemen di sekolah dapat diberi makna dari berbagai sudut pandang, seperti: (1) manajemen pendidikan sebagai kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan, (2) manajemen pendidikan sebagai proses untuk mencapai tujuan pendidikan, (3) manajemen pendidikan sebagai suatu sistem, (4) manajemen pendidikan sebagai suatu upaya pendayagunaan sumber-sumber untuk mencapai tujuan pendidikan, (5) manajemen pendidikan sebagai kepemimpinan manajemen, (6) manajemen pendidikan sebagai proses pengambilan keputusan, (7) manajemen pendidikan sebagai aktifitas komunikasi, dan (8) manajemen pendidikan sebagai kegiatan tata usaha di sekolah (Suryosubroto. 2004). 

Pengertian Manajemen Pendidikan
Apabila beberapa pengertian manajemen tersebut dibahas secara lebih lanjut, maka suatu uraian pendapat yang dapat dirujuk untuk lebih menjelaskan pengertian manajemen pendidikan tersebut adalah pendapat yang dikemukakan oleh Sutjipto. dkk (1994) yang menguraikan secara lebih jelas dan lengkap sebagai berikut.

Pertama, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai suatu kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya merentang dari tujuan yang sederhana sampai pada tujuan pendidikan yang kompleks, sesuai dengan lingkup dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu SMP, misalnya lebih mudah dirumuskan dan dicapai bila dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah maupun untuk pendidikan orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan pendidikan tersebut kompleks maka cara mencapai tujuan pendidikan tersebut juga kompleks, dan seringkali tujuan pendidikan tersebut tidak dapat dicapai oleh satu orang pendidik saja, tetapi melalui kerjasama dengan pendidik yang lainnya, dengan segala aspek kerumitannya. Untuk lebih jelasnya memahami pengertian manejemen pendidikan sebagai proses kerja sama dapat dicontohkan dengan contoh yang lainnya seperti misalnya pada tujuan pendidikan tingkat sekolah tidak akan dapat dicapai tanpa adanya proses kerjasama antara semua komponen sekolah mulai dari guru, pegawai, kepala sekolah, komite sekolah pengawas dan lain sebagainya yang ada kaitnya dengan sekolah.

Kedua, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses adalah suatu cara yang sistemik dalam mengerjakan sesuatu (Wahjosumidjo. 2008). Jadi seorang manajer dimanapun termasuk kepala sekolah dengan ketangkasan dan keterampilannya yang khusus akan mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengen-dalikan serta penilaian. 

Merencanakan berarti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang akan dilakukan, mengorga-nisasikan berarti kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumberdaya manusia dan sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan. Kemudian memimpin berarti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi semua sumberdaya manusia untuk melakukan tugas-tugas yang esensial, dan mngendalikan berarti kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan diantara bagian-bagian yang ada di sekolah, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dalam meluruskan. Demikian pula akhirnya dalam proses kerjasama pendidikan tersebut harus ada penilaian untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak, dan kalau tidak apakah ada hambatan-hambatan. Penilaian dapat berupa penilaian proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan itu. 

Ketiga, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian tersebut saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukkan menjadi keluaran. 

Pengertian manjemen pendidikan sebagai sistem tersebut tampaknya agak sulit, tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambilah contoh misalnya sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk memproses anak didik menjadi lulusan. Sebagai suatu sistem sekolah dasar dapat dilihat ada komponen (1) masukkan, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem yang akan diolah oleh sistem dalam sistem sekolah. Masukkan tersebut berupa anak didik, (2) proses, yaitu kegiatan sekolah berserta aparatnya untuk mengolah masukkan menjadi keluaran atau lulusan, dan (3) keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Luaran yang dimaksudkan di sini adalah berupa lulusan. 

Didalam manajemen modern termasuk didalam manajemen pendidikan tampaknya waktu memiliki peranan penting mengingat waktu akan berjalan terus dan berlalu begitu saja dan tidak dapat diperbarui. Waktu dalam manajemen berarti kesempatan jika tidak dipergunakan dengan baik maka akan kehilangan waktu tersebut, dan kehilangan waktu tersebut menjadi sebab kegagalan manajemen tersebut.

Keempat, manajemen pendidikan dapat diberikan pengertian sebagai pemanfaatan sumberdaya manusia. Sumberdaya yang dimaksudkan tersebut adalah dapat berupa manusia, uang, sarana parasarana dan waktu. Dalam mengunakan sumberdaya tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Buku paket maupun alat-alat laboratorium sering hanya dipajang, demikian kegiatan pembelajaran tidak digunakan secara efektif. Murid banyak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menunggu guru yang sering terlambat ke kelas, dan lain sebagainya.

Kelima, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai kepemimpinan. Pengertian manajemen pendidikan sebagai kepemimpinan ini merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan, pemimpin dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karsa, dan ing ngarsa sung tulado dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata yang lain kepala sekolah dalam menggerakkan bawahan untuk mau bekerja secara lebih giat dengan dapat dan mampu mempengaruhi dan mengawasi, bekerja sama dan memberi contoh. Oleh karena itu maka seorang kepala sekolah tersebut seharusnya sudah tentunya menguasai dan memahami teori dan praktik kepemimpinan, serta mampu dan mau untuk melaksanakan pengetahuan dan kemaunnya tersebut.

Keenam, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai proses pengambilan keputusan. Setiap saat seoarang kepala sekolah akan dihadapkan pada berbagai macam masalah, dan masalah tersebut segera harus dicarikan pemecahannya. Dalam memecahkan masalah tersebut seorang kepala sekolah akan memerlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan, sebab di dalam mengambil keputusan tersebut akan ada banyak pilihan. Seorang kepala sekolah agar mampu mengambil suatu keputusan yang terbaik untuk semua warga sekolah. Dalam hubungan dengan kemampuan untuk mengambil keputusan tersebut manajmen pendidikan akan dapat menuntun kepala sekolah untuk mengambil keputusan yang terbaik dari arti akan memiliki resiko paling minimal.

Ketujuh, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Semua kegiatan atau aktivitas dalam pendidikan tidak ada dan dapat dilakukan tanpa dengan adanya komunikasi. Jadi dalam pendidikan akan terjadi komunikasi dan kerja sama untuk dapat saling mengetahui apa yang diinginkan oleh kepala sekolah, oleh guru-guru, pegawai adminstrasi serta anak didik, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan secaranya efektif. 

Kedelapan, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai kegiatan ketatalaksanaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat, mempersiapkan laporan dan yang lainnya. Pengertian manajemen pendidikan yang demikian tersebut adalah sangat sempit. 

Kepala Sekolah Sebagai Manajer Pendidikan
Kepala sekolah sebagai manajer merupakan motor penggerak, dan menentukan arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan efektifitas kinerjanya. Dengan demikian manajemen pendidik-kan akan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. 

Sehubungan dengan itu kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dapat dilihat dari: (1) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pebelajaran dengan baik, lancar dan produktif, (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, (4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai di sekolah, (5) bekerja dengan tim manajemen serta, (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 

Demikian juga untuk dapat efktifitas dan efisiensi manajemen pendidikan dapat terwujud maka seorang kepala sekolah menurut Stoner yang dikutif oleh Wahjosumidjo (2008) mampu melaksanakan fungsi manajemen sebagai berikut: (1) Kepala sekolah harus mampu bekerja dengan atau melalui orang lain. Jadi orang lain yang dimaksudkan disini adalah para guru, siswa, dan pegawai adminitrasi, termasuk atasan kepala sekolah dalam hal ini adalah pemerintah. Dalam fungsi seperti ini kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. (2) Kepala sekolah harus bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan terhadap keberhasilan atau kegagalan sebagai seorang manajer. Bertangungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh guru, siswa, staf dan orang tua tidak dapat lepas dari tanggungjawab kepala sekolah. (3) Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. 

Dengan segala keterbatasannya seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat. Bahkan ada kalanya seorang kepala sekolah harus dapat menentukan suatu prioritas bilamana terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. (4) Kepala sekolah harus memiliki kemampuan berpikir analistik dan konsepsional. Kepala sekolah di dalam memecahkan suatu permasalahan harus melalui suatu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan suatu solusi yang feasible. Kepala sekolah harus mampu melihat setiap tugas sebagai suatu kseluruhan yang saling berkaitan, dan memandang persoalan yang timbul sebagai bagian yang terpisahkan dari suatu kesluruhan. (5) Kepala sekolah harus mampu sebagai mediator. Kepala sekolah harus turun tangan sebagai penengah di sekolah, sekolah sebagai suatu organisasi tidak akan terelakan dari adanya suatu perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan atau konflik satu dengan yang lainnya sebagai warga sekolah. (6) Kepala sekolah harus sebagai politisi. 

Sebagai kepala sekolah harus selalu berusaha untuk meningkatkan tujuan sekolah serta mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu sebagai seorang politisi kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan. Peran politisi atau kecakapan politisi seorang kepala sekolah dapat berkembang secara efektif apabila memiliki prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, terbentuk suatu aliansi atau kualisi seperti organisasi profesi PGRI, K3S dll, terciptanya kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. (7) Kepala sekolah harus mampu sebagai seorang diplomat. Kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yanhg dipimpinnya. Dalam peran sebagai diplomat berbagai macam pertemuan akan diikuti. (8) Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yang sulit. Tidak ada suatu organisasi apapun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari problem, sperti biaya, pegawai, perbedaan pendapat, dll. Apabila terjadi persoalan seperti tersebut kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut. 

Demikian beberapa tugas dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer dalam hubungan ini seorang kepala sekolah. Lebih dari itu tugas dan kemampuan tersebut harus pula didukung dengan beberapa keterampilan, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan hubungan manusiawi, dan keterampilan teknik (Pidarta. 1986, Wahjosumidjo. 2008, Balanchard. dkk. 1986). Lebih dari itu dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap pemimpin tersebut sebagai manajer sudah memilikinya. Persoalannya keterampilan yang manakah yang harus lebih atau paling dominan didalam mengaplikasikannya tergantung dari posisi seorang manajer tersebut, apakah posisinya sebagai manajer puncak, manajer menengah, dan manajer supervisor. Kalau seorang pemimpin tersebut posisinya sebagai manajer puncak mungkin yang paling menonjol harus dimiliki dan diaplikasikan adalah keterampilan konseptual, apabila seorang pemimpin tersebut posisinya sebagai manajer menengah maka yang harus dominan dimiliki dan diaplikasikan adalah keterampilan hubungan manusia, dan kalau posisi pemimpin tersebut sebagai supervisor maka yang harus dimiliki dan diaplikasikan secara lebih dominan adalah keterampilan teknis.

Kemudian secara lebih rinci dijelaskan oleh Wahjosumidjo (2008) bahwa masing-masing keterampilan tersebut mempunyai beberapa indikator. Keterampilan konseptual misalnya terditi dari: (1) kemampuan anlisis, (2) kemampuan berpikir rasional, (3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi, (4) mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecendrungan, (5) mampu mengantisipasikan perintah, (6) mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan problem sosial. Keterampilan hubungan manusiawi terdiri dari: (1) kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, (2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif, (4) kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, (5) mampu berperilaku yang dapat diterima. 

Kemudian keteram-pilan teknis terdiri dari: (1) menguasai tentang merode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan suatu kegiatan khusus, dan (2) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut. Dengan rumusan yang agak berbeda Danim (2006) menjelaskan masing-masing keterampilan tersebut sebagai berikut. Keterampilan teknis adalah keteram-pilan dalam menerapkan pengetahuan teoritis kedalam tindakan praktis, kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik dan sistematis. 

Keterampilan teknis ini biasanya dominan dimiliki oleh tenaga kerja bawahan, yang indikator mencakup: (1) keterampilan dalam menyusun laporan pertanggungjawaban, (2) keterampilan menyusun program tertulus, (3) keterampilan, (3) kamampuan untuk membuat data statistik sekolah, (4) keterampilan merealisasikan keputusan, (5) keterampilan mengetik, (6) keterampilan menata ruang, (7) keterampilan membuat surat. Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk menempatkan diri dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan semua warga sekolah. Hubungan manusiawi ini akan melahirkan situasi kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi diantara para warga sekolah. 

Hubungan manusiawi ini mencakup: (1) kemampuan menempatkan diri dalam kelompok, (2) kemampuan untuk menciptakan kepuasan pada diri bawahan, (3) sikap terbuka pada kelompok kerja, (4) kemampuan mengambil hati melalui keramah tamahan, (5) penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan tugas dan tanggungjawab, dan (7) itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain. Kemudian keterampilan konseptual yang dimaksudkan adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecendrungan berdasarkan kemampuan teoritis yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. 

Kepala sekolah dituntut memahami konsep dan teori yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Demikian juga indikator dari ketrampilan konseptual tersebut disebutkan adalah mencakup: (1) pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, (2) kemampuan mengorganisasikan pikiran, (3) keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik, dan (4) kemampuan untuk mengkorelasikan bidang ilmu yang dimiliki dengan berbagai situasi. Dalam hubungan dengan keterampilan kepala sekolah Bordman, dkk (1961) menyatakan bahwa seorang kepala sekolah harus mampu mengembangkan kemampuan profesional guru, mengembangkan program super-visi, dan merangsang guru untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dengan berdasarkan pada beberapa keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah sebagai manajer pendidikan, maka kepala sekolah harus mampu dan bisa membagi habis semua tugas kepada guru dan personil sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan masing-masing. Kepala sekolah harus mampu membimbing semua personil agar mampu melaksanakan tugas seoptimal mungkin secara efektif dan efisien.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Dan Jenis Variasi Bahasa Menurut Ahli

Pengertian Dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Ahli

Pengertian Media Video Pembelajaran Menurut Para Ahli