Pengertian Etnografi Dan Grounded Theory Menurut Ahli


PENELITIAN ETNOGRAFI DAN GROUNDED THEORY
Etnograli merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa. Etnografi, dalarr kegiatannya memerikan (mengungkap) uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran serta keyakinan suatu masyarakat. Ha yang dipelajari bisa berupa bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama masyarakat yang diteliti dalam wa<tu yang cukup ama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan dokmen-dokumon tentang obyek yang diteliti.

Dengan bahasan terhadap tulisan-tulisan tersebut, mereka berusaha untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia mula muncul di muka bumi sanpai ke masa terkini. Mereka bekerja keras mengungkap relaita yang tercapat dalam sua au komunitas masyarakat dan menyusun secara sistematis deskripsi budaya-budaya pada masyarakat tersebut.

Menjelarg akhir abad ke-19, muncul pandangan baru dalam ilmu antropologi. Kerangka evolu si masyarakat dan budaya yang disusun oleh para ahli teori terdahulu kini dipandang sebagai tindakan yaig tidak realistis, tidak diukung oleh bukti yang nyata. Dari sini kemudian muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri kelompok masyarakat yang menjadi objek kajiannya, jika dia ingin mendapatkan teori yang lebih mantap. Irilah asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam antropologi.

Teknik etnografi utama pada masa awal ini adalah wawancara yang panjang, berkalikali, dengan beberapa informan kunci, yaitu orang-orang tua dalam masyarakat tersebut yang kaya dentjan cerita tentaig masa lampau, tentang kehidupan yang "nyaman" pada suatu masa dahulu. Orientasi teoretis para peneliti terutama berkaitan dengan perubahan sosial dan kebu jayaan.

Berdasakan uraian di alas, makalah ini berisi kajian sederhana mengenai penelitian etnografi yang dimulai dari sejarah munculnya penelitian etnografi sampai dengan prosedur melaksanakan penelitian etnografi berdasarkan referensi tokoh-tokoh etnografi yang berkompeten.

Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti 'orang' dan graphein yang berarti 't jlisan'. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku, dan ethrografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang eksplisit maupun implisit.

Etnografi adalah deskripsi tertulis mengenai organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol dan sumber material dan karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu. 

(Duranti, 1997: 85). Mengacu pada pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa, penelitian etnografi merupakan penelitian mengenai aktivitas sosial dan, perilaku masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu. Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih banyak terkait jengan antropologi, yang mempelajari dan mendeskripsikan peristiwa budaya, yang monyajkan pandangan hidup subjek yang menjadi obyek studi. Deskripsi itu diperoleh oleh peneliti dengan cara berpartisipasi secara langsung dan lama terhadap kehidupan sosial suatu masyarakat.

Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan embrio dari antopologi, yaitu lahir pada tahap pertama dari perkembangannya, yaitu sebelum tahun ' 800-an. Etnografi merupakan hasil-hasil catatan penjelajah Eropa ketika mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut (Koentjaraningrat, 1989: 1). Charles Wnnick (1915: 193) mendefinisikan etnografi sebagai...the study of individual culture s. It is primarily k deschptive and non interprestative study....

Etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi sosial. Ciri-ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistic-integrative, thmk descnption, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native's point cf vie/v. Teknik pengumpulan data yang utama adalah partipasi dan wawancara terbuka dan mendalam, yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama, bukan kunjungan singrat dengari daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survai.

Secara bahasa, etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut Marvin Harris and Orna Johnson (/.000), penelitian etnografi adalah gambaran tertulis tentang suatu budaya, yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku- berdasarkan pengamatan peneliti yang terjun langsung ke lapangan. Etnografi adalah metode penelitian sosial yang tergantung sepenuhnya pada pengamatan peneliti secara dekat sehingga ia perlu membekali diri dengan kemampuan bahasa, budaya, dan pengetahuan mendalam tentang wilayah/bidang penelitian,dan penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian..

Fettermgn (dsilam Genzjk, 2003) mendefinisikan etnografi sebagai "...the art and science of deserting a group or culture. The description may be of a small tribal group in an exotic land or i\ classroom in middle-class suburbia." Secara lebih terperinci, American Anthropological Association (2002) mendefinisikan etnografi sebagai: "... the description of cultural systems or an aspect of culture based on fieldwork in which the investigator is immersed in the ongoing everyday activities of the designated community for the purpose of describing the social context, relationships and processes relevant to the topic under consideration." Penelitian etnografi memusatkan perhatian pada keyakinan, bahasa, nilai-nilai, ritual, adat istiadat dan tingkah laku sekelompok orang yang berinteraksi dalam suatu lingkungan sosial-ekcnomi, religi, politik, dan geografis. Analisis etnografi bersifat induktif dan dibangun berdasarkan perspektif orang-orang yang menjadi partisipan penelitian. Menurut Emzir (2008: 153-154), peneliti etnografer dapat dianalogikan dengan seorang penjela ah hutan. Tujuan utama si penjelajah bukanlah untuk menemukan sesuatu di dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan tersebut (analog dengan tujuan etnografer meneskripsikan sebuah wilayah kultural). Untuk mencapai tujuan itu, si penjelajahan dmwali dengan pertanyaan umum: Apakah ciri-ciri utama wilayah tersebut?

Untuk mempero eh jawaban terhadap pertanyaan ini si penjelajah berjalan ke satu arah dan mengumpulkan informasi tentang pepohonan, jenis tanah, atau hewan-hewan yang ditemuinya di sskitar rute tersebut. Kemudian dia bisa menapaki sebuah rute baru, dan ketika menemukan sebuah danau dia mengelilinginya untuk mengumpulkan informasi dan berupaya menggunakan rute yang sudah dikenalnya untuk mengukur jarak danau dari tepi hutan. Selama menjelajah, dia akan sering membaca kompas, membuat catatan tentang tanda-tanda yang menonjol, dan membuat umpan balik dengan cara menghubung-hubungkan informasi tertentu dengan informasi lain serta memodifikasi informasi awal sesuai dengan perkembangan informasi yang diperoleh. Setelah beberapa minggu, penjelajah mungkin mengalam kesulitan untuk menjawab pertanyaan. "Apa yang Anda temukan?". Namun ketika ditanya tentang gambaran wilayah hutan tersebut, dia akan mampu menjelaskan secara panjang lebar. 

Objek Etnografi
Objek etiografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit. 
Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar.

Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal inilah yang membuat seorang etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti dengan berperan sebagsi pengamat berparisipasi (participant-observer). Spradley (1980: 51) menekankan: "participation allows you to experience activities directly, to get the feel of what events are like, and to record your own perceptions."

Menulis tentang masyarakat, penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangannya, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. 

Roger M. Keesiig (1989: 250) mendefinisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya, dalam mendeskripsikan sua u kebudayaan seorang etnografer juga menganalisis. Jadi, bisa disimpulkan bahwa etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.

Awalnya, etnografi digunakan dalam antropologi, metode ini kemudian diadopsi dan dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi, komunitas, dan disiplin ilmu. Etnografer kontemporer meneliti dunia pendidikan, kesehatan masyarakat, pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan bidang lain dalam kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), peneltian etnografi dapat dilakukan untuk memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola 'kaidah-kaidah' (rules) yang merdasaii sesuatu yang 'dialami' atau 'dimiliki' {shared) oleh sekelompok orang secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam konteks pendidikan, peneltian etnografi dapat dilakukan untuk memahami pola hubungan antar guru di sebuah sekolah, proses pengajaran dengan menggunakan metode atau media tertentu (seperti pengajaran kosa-kata dengan metode Total Physical Response), atau prosedur pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti program English Speaking Days di suatu sekolah dan pembelajaran menc arang melalui internet di sebuah kelas. Cakupan kelompok (masyarakat) yang diteliti bisa luas (sebuah universitas), sedang (sebuah fakultas) atau kecil (sebuah kelas atau keluarga).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, etnografi adalah metode riset yang menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial dan budaya sehari-hari. Etnograli berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusa melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik secara eksp isit maupun implisit.

Sejarah Lahirnya Metode Etnografi
Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an (John Van Maanen, 1996). 
Sebagai sebuah netocle yang dikembangkan dalam bidang antropologi, etnografi digunakan oleh dua disiplir ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa. 

Perbedaan keduanya berakar dari sejarahnya. Antropologi bahasa merupakan satu dari empat sub disiplin dari ilmu antropologi seperti yang diidentifikasi oleh Boas dan teman-temannya pada awal abad dua puluh (Duranti:13). Sedangkan sosiolinguistik berasal dari dialektologi yang berkembang pada akhir tahun 50-an.

Kedekatan kedua disiplin ilmu tersebut terjadi antara tahun 60-an sampai tahun 70-an melalui usaha-usaha untuk menggabungkannya dalam satu wadah seperti yang diusulkan Dell Hymes 'language use'. Ini terdapat dalam koleksi Gumperz dan Hymes tahun 1964, di mana Hvmes meramu bidang yang diberi nama etnografi komunikasi.

Etnografi Sebagai Sebuah Metode
Seperti d kemukakan sebelumnya, bahwa Etnografi adalah merupakan metode yang dikembangkan c alam bidang artropologi yang merupakan pelukisan dan analisis tentang kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci menge nai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, berupa tulisan, foto, gambar atau film yang berisi laporan atau deskripsi tersebut. Yang dipelajari oleh ahli etnografi adalah unsur kebudayaan suatu masyarakat seperti, bahasa, nata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, Aesenian, sistem pengetahuan, dan religi. Bila penulisan yang dilakukan menggambarkan perbandingan antara dua atau lebih kelompok masyarakat, studi perbandingan tersebut d\sebut etnologi.

Etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Terdapat beberapa metode etnograi yailu, etnografi versi awal yaitu menggambarkan unsur kebudayaan suatu masyarakat seperti, bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sisterr pengetahuan, dan religi yang diperoleh dari sumber-sumber tidak langsung seperti naskah atau peninggalan zaman dahulu. Etnografi baru adalah penggambaran kehidupan masyarakat yang diperoleh dari anggota masyarakat tersebut berdasarkan pola-pola kehidupan masyarakat yang dimilki oleh penelitii. Dalam etnografi modern para peneliti meneliti tentang the way of life masyarakat tersebut dan menggali pola-pola yang ada dalam masyarakat itu. Etnografi ala Spradley adalah menyusun strategi perilaku. Sehingga dari metode-metode di atas dapat menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. 

Ahli antropologi linguistik menggunakan metode etnografi tradisional seperti
  • Observasi partisipan dar\ bekerjasama dengan penutur asli untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat yang diteliti,
  • Teknik elisitasi seperti yamg dilakukan oleh ahli linguistik tipologi yang tertarik pada pola gramar.
Sekarang metode itu telah diintegrasikan dengan pendokumentasian praktik verbal dengan cara baru yang dikembangkan oleh sosiolinguistik urban, analisis wacana, analisis percakapan. Penemuan teknologi baru dalam perekaman bunyi dan perbuatan telah memberi kontribusi yang besar lerhadap bahan kajian, meningkatkan ketelitian analitis. Hal tersebut penting mengingat yarg pada saat ini masalah teknis, moral, dan politik semakin meningkat kompleks yang dapat mempengaruhi pekerjaan pekerja lapangan. Objektivitas dalam etnografi sering dipertanyakan ketika dikaitkan dengan pendekatan positivistis yang menghendaki ooserver menghilangkan pikiran subjektif termasuk emosi, kecenderunan politis, moral dan teoretikal. Namun hal ini jika dilakukan secara ekstrim dapat menghasilkan catatan pengalaman etnografi yang buruk (De Martino 1961). Untuk dapat mengatakan sesuatu tentang apa yang dilakukan orang, harus diidentifikasi titik pandang pelaku

tersebut.

Etnografi Mlodern dan Etnografi Baru
1. Etnografi Modern
Metode etnografi modern, seperti yang umum dijalankan orang pada masa kini, baru muncul pada dasawarsa 1915/1925, dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial Inggris, A.R. Radcliffe-Brown dan B. Malinowski. Ciri penting yang membedakan mereka dari para etnografer awal adalah bahwa mereka tidak terlalu memandang penting hal ihwal yang berhubungan dongan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Perhatian utama mereka adalah Dada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat, yaitu tentang way oflife masyarakat tersebut.

Tujuan utama penelitian elnografi, menurut Malinowski, adalah "to grasp the native's point of view, his relation to life, to realize his vision and his world", (menangkap sudut pandang native terseibut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya dan dunianya.) Semeitara Radcliffe-Elrown menjabarkan tujuan etnografi sebagai usaha untuk membangun "a complex network of sosial relations, atau "social structure. Dikatakan oleh Radcliffe-Brown,' I use the term social structure to denote this to study if I am working...as a social anthropologist" (Saya menggunakan istilah struktur sosial untuk menunjuk kepada jaringan hubungan yang sedang terjadi itu. Inilah yang saya anggap pekerjaan pengkajian saya jika saya be kerja... sebagai seorang antropolog sosial).

Mengkombinasikan pandangan Malinowski dan Radcliffe-Brown, berarti tujuan dari sebuah penelitian etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suat J masyarakat. F ada masa ini budaya diefenisikan sebagai The way of Life suatu masyarakat.

2. Etnografi Baru
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopori oleh Radcliffe-Brown dan Malinowski, yang memusatkan pehatian pada organisasi internal suatu masyarakat dan membanding-bandingkan system sosial.dalam rangka untuk mendapatkan kaida-kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.

Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran (mind) manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut.

Etnografi Baru Ala Spradley
Secara lebih spesifik, Spradley kemudian mendefinisikan budaya sebagai system pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.

Cara terbaik untuk belajar etnografi adalah melakukannya, kerjakan, terus kerjakan. 
Namun, untuk mengerjakan secara sistematis, terarah, dan efektif diperlukan satu metode panduan yang khas Metode ini disebut Developmental Research Sequence, atau "Alur Penelitian Maju Bertahap". Metode ini diasarkan atas 5 prinsip, yaitu teknik tunggal, identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian orisinal dan problem-solving.

Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Oreswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.

1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog.
Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).

Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 475); Pertama, peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data yang diperolei melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka.

Peneliti tidak melihatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-fakta. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem status, jaringa n-jarhgan sosial, dan lain-lain. Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan.

2. Studi Kasus
Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on extensive collection" (Creswell, 2008: 476). Istilah "bounded" atau "terbatas" dalam definisi ini berarti bahwa 'kasus' yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, temps t, dan batas-batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain meskipun masih sejenis. Dalam ilmu psikologi, studi kasus didefinisikan sebagai "an indepth study of one person" (Wagner, 2009). Kebanyakan karya dan teori Freud dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu yang dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup seseorang untuk menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang tersebut.

3. Etnografi Kritis
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut.
Pertama, etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan. Kedua, penelitian diarahkan urtuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan meninggalkan lapangan penelitian. Ketiga, etnografer kritis menyadari bahwa interpretasinya dipengaruhi deh kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, interpretasi tersebut bersifat tentatif, selalu dapat dipertanyakan, dan didasarkan pada pandangan para partisipan dari pembaca. Keempat, etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan kepada status-quo. Akibatrya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat objektif seperti yang dilakukan etnografer realis. Kelima, posisi etnografer kritis yang tidak netral memungkinkan baginya un:uk menyarankan perubahan dalam masyarakat agar kelompok-kelompok yang seama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan. Keenam, laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif yang diperoleh dengan beragan metode.

Karakteristik Pokok Etnograf
Ada dua pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model etnografi, yaitu interaksi simbolik dan aliran fenorr onologi, termasuk konstruksi sosial dan etnometodologi.

Selama ini pemahaman etnografi selalu dilandasi oleh pemikiran James P. Spradley (1979: 5). Pemikirannya dilandasi oleh teori interaksi simbolik. Di dalam teori itu, budaya dipandang sebagai sistem simbolik yang bisa diartikan bahwa makna tidak berada dalam benak manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam aktor sosial di antara, bukan di dalam dan mereka adalah umum tidak mempribadi.

Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk tujuan mengenal penelitian etnografi sehingga penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian kualitatif lainnya, psmahaman terhadap ketujuh karakteristik berikut sudah sangat memadai.

1. Tema-Tema Kultural
Etnograler pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari bidang antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai sebuah pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara langsung atau tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah laku, keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan tentang bagian-bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema kebudayaan yang spesifik.

2. Sebuah Kelompok Kuttural
Etnograler umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara bersama-sama dimiliki sekelorrpok individu pada sebuah lapangan penelitian (seperti guru-guru bahasa Inggris SD di sebuah kecamatan, siswa sebuah kelas, sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL). Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya terdiri dari beberapa ndividu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan. Meskipun demikian, etnograf khususnya studi kasus bisa juga diterapkan kepada seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah profesional, dan lain-lain).

3. Kepemilikan Bersama atas Pola-Pola Tingkah laku, Keyakinan, dan Bahasa Etnograer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki/di adopsi secara bersama-sama oleh sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan berhubungan dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam sebuah latar kultural. E ahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu berbicara dengan individu lain dalam sebuah latar kultural. Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama, kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti samasama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu.

4. Penelitian Lapangan 
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer menjaring data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana mereka pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lain-lain.

Untuk nremeroleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan tidak mungkin seorangetnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi salah seorang partisipan untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
 
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis: data emik, data etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk bahasa lokal, pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan informasi beroentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang diungkapkan para partisipan. Data negoisasi merupakan informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk digunakan dalam penelitian.

Negoisasi dapat erjadi dalam tahapan yang berbeda-beda selama pelaksanaan penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para partisipan dan peneliti meyepakati bidang-bidang apa saja yang akan digali oleh peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu di lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan sebagainya. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna, penggunaan,dan ruang lingkup sebuah ungkapan.

5. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi
Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan menganalisis budaya yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu serta membuat interpretasi tentang pola-pola yang terlihat maupun didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer pada hakikatnya sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan lapangan tempat budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat yang sama peneliti juga secara simultan menganalisis pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik kesimpulan tentang makna yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan lapangan penelitian.

Dalam etnografi deskrpsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang individuindividu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para partisipan.

Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi atau fakta bermakna. Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara bersama-sama oleh para partisipan.

6. Konteks atau Latar
Dalam etnografi, konteks berarti latar, situasi, atau lingkungan yang menaungi kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk oleh berbagai unsur yang saling berhubungan, sepeiti sejarah, agama, politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar. Konteks bisa berbentuk sebuah lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-gedung sebuah sekolah, warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya), konteks historis para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan), kondisi sosial (seperti mobilitas perpindahan antar provinsi stalus profesonalisme, dan lain sebagaimya, atau kondisi ekonomi (seperti tingkatan penghasilan atau sistem distribusi penghasilan yang tidak dapat merubah nasiib kaum miskin.

7. Refleksivitas Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya mengapa peneliti harus berregoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan, peneliti juga menyadari bahwa interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam menginterpretasi. Sebagai contoh, seorang etnografer yang meneliti majalah-majalah remaja untuk mempelajari perkembagan  identitas remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut: "Saya tidak mau dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas, ... Mereka mempercayai saya dan kami menegoisasikan sejenis hubungan yang menunjukkan kesenjangan antara pola identitas mereka dengan wani ta dewasa (Creswell, 2008:480).

Prosedur Penelitian Etnografi
Gambar Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1990: 29)

Penelitian etnografer berlangsung tidak secara linear, melainkan dalam bentuk siklus. Berbagai tahapan, seperti pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi, dilakukan secara simultan dan tisa diulang-ulang. Menurut Spradley (1980: 22-35) sikluspenelitian etnografi mencakup eram langkah: (1) pemilihan proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan, (3) pengumpulan dai a, (4) perekaman data, (5) analisis data, dan (6) penulisan laporan.

1. Pemilihan Proyek Etnografi
Menuiut Creswell (2C08: 486), langkah-langkah utama pelaksanaan penelitian adalah mengidenlikasi tujuan penelitian, desain apa yang akan digunakan, dan bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan masalah penelitian. Ketiga hal ini akan menentukan apakah proyek penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain etnografi realis, studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang dipilih, peneliti pedu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang akan diteliti.

2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan pertanyaan etnografi. Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif pada saat wawancara, aktivitas ini pada dasarnya sudah dilakukan pada saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang diajukan pada saat observasi adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang mereka lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu, peneliti melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terfokus.

3. Pengumpulan Dai a
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data etnografi. Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan prosedur beragam {multiple procedures), dan intensitas prosedur-prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang dilakukan.

Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama dengan para partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat catatan-catatan lapangan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artifak, dan simbol-simbol.

Dalam penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan untuk memeroleh pemahamar mendalam lentang suatu fenomena atau kasus, peneliti dapat mengumpulkean data melalui wawancara, pengamatan, dokumen, dan rekaman-rekaman audivisual.

Dalam perelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus pada kolaborasi artara peneliti dan partisipan dengan agenda meningkatkan pemahaman para partisipan tentang situasi tertentu dalam hidup mereka dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk penglihatan partisipan dalam membuatdesain penelitian, perumusan pertanyaan-pertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan partisipan mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan akhir.

4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut direkam dan diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan bentuknya. Sebagian data dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan. Sebagian lagi direkam dalam bentuk foto, peta, video, dan cara-cara lain. Yang penting rekaman-rekaman data tersebut dapat dipahami dengan mudah ketika mengadakan analisis.

5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan dengan pengumpular data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam rekaman-rekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya. Seiring dengan diperolehnya jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan deskripsi, analisis tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah berlangsung. 

Diliha: dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk: analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Analisis domain digunakan uituk memeroleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh tentang objek penelitan atau situasi sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat permukaan mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini dilakukan daam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan hubungan semantis yang bersifat universal—jenis;, spasial, sebab-akibat, rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan/tahap, dan karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2) menyiapkan lembar analisis domain; (3) memilih salah satu sampel catatan lapanganterakhir untuk memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi usaha pencarian domain hingg a semua hubungan semantis habis; dan (6) membuat daftar domain yang telah teridentiukasi. (Moleong, 2004: 149-150).

Analis s taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan melalui pengamatan vang lebih terfokus. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) memilih satu domain untuk dianalisis; (2) mencari kesamaan atas dasar hubunan semantis yang sama yang digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah bagian; (4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai subbagian dari domain yang sedang dianalisis; (5) membentuk taksonomi sementara; (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan; dan (7) membangun taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004: 149-150). Gambar adalah contoh analisis taksonomi fungsi TPR yang disederhanakan. Sedangkan Gambar merupakan contoh analisis taksonomi tentang proses atau tahapan TPR. 

Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur internal) yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras atau mengontraskan antar elemen dalam suatu domain. Analisis inilah yang disebuat sebagai analisis komponensial.

Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang merah di antara domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai, premis, etos, pandangan dunia, atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006: 243). Analisis ini berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh atau tidak terpecah-pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur diri; (2) melakukan analisis: komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan budaya; (4) menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (5) mengidentifikasi^ domain terorganisir; (6) membuat gambar untu memvisualisasikan hubungan antar domain; dan (7) mencari  tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik berikut: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, pemerolehan dan pemeliharaar status, dan pemecahan masalah (Moleong, 2004: 149-150). 

Dalam penelitian pengajaran kosa kata dengan menggunakan TPR, tema kultural yang dicari mungkin saja merupakan kontradiksi budaya (bila temuan yang menonjol adalah perbedaan prosedur TPR yang diteliti dengan yang standar atau yang ada dalam teori) atau pemecahan masalah(bila temuan yang menonjol adalah penerapan TPR yang diteliti merupakan upaya gjru untuk meningkatkan hasil pembelajaran kosa kata siswanya).

Peneliti yang berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis ini secara simultan selama periode penelitian. Untuk memeroleh hasil yang lebih komprehensif, peneliti pemi la disarankan berlatih melakukan analisis tersebut secara berurutan dalam

Gambar Siklus Analaisis Data Etnografi.

6. Penulisan Laporan
  • Penuisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti etnografi.
  • Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended enquiry, mungkin saja peneliti diharuskan mengadakan analisis yang lebih intensif jika pada saat menulis laporan dia menemukan pertanyaan-perlanyaan baru yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
  • Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang dilakukan. 
  • Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang kelompok sosial yang dieliti. 
  • Pandangan-pandangan dan bias harus diletakkan hanya pada bagian latar belakang.
Diskusi yang dipaparkan pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan bahwa peneliti hari;'a membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan yang diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap, pemikiran, atau bahasa yanc dimiliki bersama oleh para partisipan.

Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada penggambaran terperinci tentang kasus yang diteliti, bukan pada pengembangan tema kultural. Sedangkan studi kasus lain mungkin saja menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang diteliti.

Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya dengan mengutarakar isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan penelitian, yang kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut {call for action) dan pemaparan tentang perubahan atau keuntungan yang telah diperoleh peneliti dan para partisipan.

DAFTAR PUSTAKA
  • Barker, Chris. 2000. Cultural Studies, Tgeory And Practice. London: Sage Publication.
  • Cohen, Louis. Lawrence Manion dan Keith Morrison. 2009. Research Methods in Education. London: Ftoutledge
  • Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Oulitative Research. New Jersey: Prentice Hall.
  • Duranti, A. 1997 Linguistic Anthropology. California : Cambridge University Press.
  • Emzir. 2010. Mvtodoloai Penelilan Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Giafindo Perkasa.
  • Hymes, Dell. 1966. Culture and Society. University of California, Berkeley
  • Moleong, Lexy J. 2004. MetodolcgiPenelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
  • Samovar, Larry. A.2001. Comunication Between Culture. California State University: Wadswoth.
  • Spradley, J. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.
  • Spradley, J. 1997. Merode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
  • Widowson, H . J. 1998. Language and Culture. New York: Oxford University Press.
  • Borgatti, Steve, introduction to Grounded Theory.
  • http://www.analv:ictech.com/mb870/introtoGT.htm.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Dan Jenis Variasi Bahasa Menurut Ahli

Pengertian Dan Macam-Macam Struktur Organisasi Menurut Ahli

Pengertian Dan Tujuan Sosiolinguistik Menurut Ahli